|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki nilai urgensi yang sangat tinggi, mengingat pendidikan
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas manusia, termasuk
manusia Indonesia. Karena pendidikan merupakan hak dasar bagi setiap individu
atau seluruh warga negara, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar
1945 pasal 31 ayat (1) bahwa:
setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan tidak bisa dipisahkan dari diri manusia sejak dari
kandungan sampai beranjak dewasa, Pendidikan
berusaha menuntun manusia menentukan arah, tujuan, dan makna kehidupan sendiri,
pendidikan pula yang menjadi proses pijakan dalam memanusiakan manusia.
Menurut UUD 1945 pasal 31 ayat (3) menyebutkan, “Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang. Selain itu juga diperkuat
pada Pasal 31 ayat (5) menyebutkan, “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan menjungjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa
untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.”
Didalam Kamus
Bahasa Indonesia, 1991:232,
Pendidikan berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata
“me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi
latihan, Sehingga pendidikan diartikan sebagai proses
pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih
tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut
diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku
sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya
ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selain
itu menurut UU No. 20 Tahun 2003 Pasal
1 ayat (1) tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berbicara pendidikan tidak
bisa dilepaskan dari eksistensi sekolah. Sekolah adalah institusi yang
secara formal menyelenggarakan pendidikan. Sekolah menjadi bagian yang sangat penting dari proses membentuk karakter sebuah bangsa.
Sekolah juga berperan dalam menfasilitasi siswa untuk pengembangan aktualisasi
diri maupun dalam mengembangkan potensi-potensi lainnya. Ekstrakulikuler sekolah menjadi salah satu jawaban atas kebutuhan di
atas. Sehingga akan tercetak kualitas
siswa atau peserta didik yang terpelajar dan menjadi kader penerus bangsa yang
dapat memberikan suatu warna positif bagi bangsa kita. Pemikiran-pemikiran Siswa
yang kritis dan rasional mampu membangun sikap toleransi ditengah kondisi
Negara kita yang sekarang ini sedang mengalami banyak tantangan di berbagai
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
sebagai wahana bagi siswa dalam mengaktualisasikan potensi dasar untuk
membentuk kemampun-kemapuan siswa masing-masing. Salah satu cara dalam
pembinaan karakter peserta didik adalah dengan cara mendorong dan memfasilitasi
siswa agar berpartisipasi aktif dalam
kegiatan organisasi Siswa Intra sekolah. Karena, didalam Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS) tersebut terdapat proses pemupukan dan pengembangan karakter. Sejatinya, siswa sebagai generasi
penerus bangsa memiliki karakter yang
baik. Oleh karena itu, penanaman karakter siswa sebagai bagian dari warga
Negara menjadi sangat penting untuk diprioritaskan. Upaya ini dimaksudkan untuk
menanamkan kesadaran sebagai anggota atau bagian dari bangsa dan Negara itu
sendiri yang dibangun atas dasar kemajemukan masyarakat, suku, agama, daerah,
maupun budayanya. Harapannya, karakter bangsa yang kokoh yang dicita-citakan
dapat terwujud dan integritas nasional pun juga tetap terwujud.
Sementara,
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1270), karakter diartikan sebagai
tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari pada yang lain. Sedangkan
watak diartikan sebagai batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran
dean tingkah laku, budi pekerti, tabiat dasar. Dengan demikian karakter adalah cara berpikir
dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara. Individu yang berkarakter baik
adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan
tiap akibat dari keputusan yang ia buat (Ditjen Mandikdasmen - Kementerian
Pendidikan Nasional 2010). Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan
pendidikan nasional.
Pendidikan
karakter adalah suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Menurut
Ki
Hadjar Dewantara dalam Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa (1977: 24)
mengunkapkan bahwa :
Pendidikan karakter adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta
didik mengenal, peduli dan menginternalisasi
nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil,
dimana tujuan pendidikan karakter adalah meningkatkan mutu penyelenggaraan dan
hasil pendidikan di sekolah melalui pembentukan karakter peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Adapun
nilai-nilai yang perlu dihayati dan diamalkan oleh guru saat mengajarkan mata
pelajaran di sekolah adalah: religius,
jujur, toleran, disiplin, kerja keras, kerja cerdas, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, senang membaca, peduli sosial,
peduli lingkungan, dan tanggung
jawab.
SMP Islam
Atturmudziyyah, Ialah salah satu sekolah swasta yang
ada di Garut, letak geografis sekolah tersebut berada Di Jalan Margawati Kp
Pesantren RT.01/RW.04 No. 126 Kelurahan Sukanegla Kecamatan Garut Kota. SMP
Islam Atturmudziyyah mempunyai konsep sekolah dengan memadukan pondok pesantren.
Realitas Oganisasi Siswa Intra Sekolah Di SMP Islam Atturmudziyyah sering melakukan kegitan-kegiatan yang berkaitan dengan
keagaman contohnya seperti kegiatan duzha berjamaah setiap hari sebelum masuk
kelas dan sholat berjamaah dengan disambung talaran talaran ayat-ayat suci Al-Quran.
Dengan latar belakang yang di paparkan diatas penulis tertarik
untuk melaksanakan penelitian terkait dengan kontribusi Organisasi Siswa Intra
Sekolah dalam pendidikan karakter yang dituangkan ke dalam skripsi yang
berjudul “KONTRIBUSI
ORGANISASI SISWA INTRA SEKOLAH (OSIS) DALAM PENUNJANG KEBERHASILAN PENDIDIKAN
KARAKTER DI SMP ISLAM ATTURMUDZIYYAH”.
B.
Rumusan Dan Pembatasan Masalah
1.
Rumusan Masalah
Secara umum permasalahan dalam penelitian ini ialah bagaimana kontribusi
dari pada Organisasi Siswa Intra Sekolah dalam penunjang keberhasilan
pendidikan berbasis karakter.
Oleh karena itu untuk memudahkan peneliti serta untuk meraih hasil
yang terarah dengan sesuai yang diharapakan, penulis mengidentisifikasi masalah
dengan dilatar belakangi pemaparan diatas, secara spesifik permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a.
Bagaimana
pelaksanaan pendidikan berbasis karakter Di SMP Islam Atturmudziyyah?
b.
Bagimanakah kontribusi
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dalam penunjang keberhasilan pendidikan
berbasis karakter?
c.
Bagaimanakah keterlibatan
peserta didik dalam mengikuti kegiatan-kegiatan
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Di SMP Islam Atturmudziyyah?
2.
Pembatasan Masalah
Penulis menyadari keterbatasan, kemampuan yang dimiliki baik dalam
segi pengetahuan, materi, pikiran dan tenaga serta waktu, untuk lebih
memudahkan penelitian supaya lebih terarah dan sesuai dengan harapan, maka
penulis membatasi penelitian ini pada permasalahan sebagai berikut:
a.
Subjek dari pada penilitian
ialah sekolah SMP Islam Atturmudziyyah
juga Organisasi Intra Sekolah
b.
Penelitian sebagai penguatan
Bagaimana Organisasi Siswa Intra Sekolah
berkontribusi dalam pendidikan berbasis karakter
C.
Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Secara umum tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimanakah kontribusi Organisasi Siswa Intra Sekolah dalam penunjang
keberhasilan pendidikan berkarakter.
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah :
a.
Untuk mengetahui bagaimana
pelaksanaan pendidikan berbasis karakter Di SMP Islam Atturmudziyyah.
b.
Untuk mengetahui kontribusi
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dalam menunjang
keberhasilan pendidikan berbasis karakter Di SMP Islam Atturmudziyyah.
c.
Untuk mengetahui bagaimana
partisifasi peserta didik terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh Organisasi
Intra Sekolah dalam penunjang keberhasilan pendidikan karakter.
2.
Kegunaan Penelitian
Dalam
melaksanakan penelitian, diharapkan dari hasil penelitian ini mempunyai manfaat
sebagai berikut :
- Bagi Pemerintah
Proyeksi kedepan Input
ini diharapkan mampu membantu dalam
pelaksanaan pembangunan yang lebih baik khususnya dalam pendidikan.
- Bagi Sekolah dan Peserta didik
Mudah-mudahan yang membaca penelitian ini, dapat memahami serta
ikut bersinergis untuk melakukan perubahan dalam penunjang keberhasilan
pendidikan berbasis karakter di berbagai aspek kehidupan sekolah.
- Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman
luar biasa yang dapat menumbuhkan semangat penulis untuk bisa memberi
kontribusi positif dalam pembangunan perkembangan bangsa yang luhur yang
mempunyai karakter. Sebagai ajang aktualisasi diri dalam pengembangan secara
akademis yang di tekuni penulis yaitu Program Studi PKn Sekolah Tinggi Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Garut.
D.
Variabel Dan Indikator Penelitian
Mengenai
variabel penulisan mengacu pada pendapat Suharsimi Ari Kunto (2006:101) yang mengatakan
bahwa “Variabel bebas disebut variabel penyebab/variabel (x) yaitu variabel
yang diselidiki pengaruhnya. Variabel akibat (y) yang diramalkan akan timbul
hubungan yang fungsional akibat variable bebas”.
Jika dikaitkan dengan judul penelitian ini maka di
tentukan variabel - variabelnya sebagai berkut :
- Variabel Bebas (X), yaitu ”Kontribusi Organisasi Siswa Intra Sekolah” (OSIS), Indikatornya adalah sebagai berikut :
a.
Melatih dan mengembangkan karakter
kepeminpinan
b.
Menanamkan nilai-nilai Demokratis.
c.
Meningkatkan kecerdasan keterampilan siswa
d.
Memperkuat kepribadian siswa
- Variabel Terikat (Y), yaitu ” Penunjang Keberhasilan Pendidikan Berbasis Karakter ”, Indikatornya adalah sebagai berikut:
a.
Meningkatnya budi pekerti siswa
b.
Meningkatkan ketakwaan
teradap Tuhan Yang Maha Esa
c.
Meningkatkan Siswa yang bertanggung jawab
d.
Mempertebal
semangat kebangsaan dan cinta tanah air
E.
Anggapan Dasar dan Hipotesis
1.
Anggapan Dasar
Anggapan dasar adalah ”suatu hal yang di yakini secara
jelas” (Suharsimi Ariuknto, 2006:59).
Bertitik tolak dalam pemikiran penelitian ini, penulis
menganggap perlu mengemukakan asumsi, yaitu :
- Pendidikan merupakan proses sosialisasi peserta didik yang terarah, hakikat pendidikan sebagai proses pengoprasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial peserta didik di dalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang. (Sunarto dan Agung Hartanto 2002 : 132)
- Sekolah merupakan pendidikan yang di selenggarakan disekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan. (Umar Tirtahardja dan S.L. La Sulo 2010 : 264)
- OSIS adalah satu-satunya organisasi siswa yang sah disekolah (SMP dan SMA) wajib membentuk OSIS. OSIS disatu sekolah tidak memiliki hubungan atau keterkaitan dengan sekolah yang lain (F. Rudi Dwiwibawa dan Theo Riyanto 2008 ; 25)
- Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik. Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. (Menurut T. Ramli 2003 : 105)
2.
Hipotesis
Hipotesis
adalah sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul” ( Suharsimi Arikunto,
2006:71).
Di lihat dari pernyataan di atas, maka penulis mengajukan
hipotesis utama dalam penelitian ini adalah ”Kontribusi
Organisasi Siswa Intra Sekolah Dalam Menunjang Keberhasilan Pendidikan Karakter
Di SMP Islam Atturmudziyyah Garut”. berdasarkan hipotesis utama tersebut, penulis jabarkan dalam sub
hipotesis sebagai berikut :
a.
Jika Organisasi Intra Sekolah memiliki kontribusi yang sangat baik maka
akan menujang keberhasilan dalam pendidikan karakter.
b.
Jika peserta didik banyak terlibat dalam Organisasi Intra Sekolah maka
pendidikan karakter akan sesuai yang diharapkan.
F.
Metode Penelitian Dan Teknik Pengumpuan Data
1.
Metode
Penelitian
Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan dan menyusun data serta analisis dan interpretasi
mengenai arti data yang diteliti. Winarno Surakhmad (1992:131) mengemukakan
bahwa “Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya
untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan alat tertentu. Cara
ini digunakan setelah peneliti memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari
tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan”.
Berdasarkan
pengertian di atas, Penulis mengunakan metode penelitian deskriptif karena
sesuai dengan sub masalah yang diangakat dengan memberikan gambaran mengenai situasi objek penelitian
yang didasarkan pada hasil penyelidikan berupa fakta-fakta dan keterangan. Maka
dari itu fakta-fakta dan keterangan, peneliti dapat menguji kebenaran
hipotesis, dan diakhiri dengan menarik kesimpulan tentang masalah yang sedang diteliti. Berkenaan dengan metode deskriptif ini,
Sesuai dengan pendapat U. Maman (2001:229) mengatakan bahwa “penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan
untuk menggambarkan gejala sosial, politik ekonomi dan budaya dan lain-lain”.
2.
Teknik Pengumpulan Data
a.
Teknik Observasi
Observasi, yaitu suatu teknik penelitian yang di lakukan dengan cara
pengamatan langsung terhadap objek penelitian. (Suharsimi
Arikunto, 2006:156)
b.
Angket atau Kuesioner
Angket, yaitu teknik penelitian dalam bentuk komunikasi tidak langsung
dimana data di kumpulkan sacara tertulis. (Suharsimi Arikunto
2006: 151)
c.
Wawancara atau Interview
Wawancara, yaitu suatu teknik penelitian dalam bentuk komunikasi langsung
secara lisan dengan responden untuk memperoleh data dan informasi yang di
butuhkan. (Suharsismi Arikunto
1998: 145)
d.
Studi literatur
Studi literatur yaitu “studi yang dilakukan untuk mencari data melalui
literatur yang berhubungan dengan penelitian melalui buku, catatan, transkrip, surat kabar, majalah atau kepustakaan lainnya”
(Suharsismi
Arikunto, 1998:
230).
G.
POPULASI DAN SAMPEL
1.
Populasi
Menurut Sugiyono (2009
: 61) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Suharsimi
Arikunto (1990:102) berpendapat bahwa,”populasi itu merupakan keseluruhan objek
penelitian”. Maka yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Siswa SMP Islam Atturmuzdiyyah
jumlah kelas VII 40 orang siswa, jumlah kelas VIII 40 orang siswa, jumlah kelas
IX 35 orang siswa dan seluruhnya berjumlah 115 orang
2.
Pengurus dan anggota yang
terlibat OSIS 17 orang.
3.
Kepala sekolah
4.
Pembantu kepala sekolah
bidang kesiswaan
5.
Pembina Organisasi Siswa
Intra Sekolah
2.
Sampel
Sementara itu, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki populasi (Sugiyono, 2009 : 62).
Berdasarkan
studi pendahuluan, penulis menemukan data bahwa jumlah keseluruhan murid SMP
Islam Atturmudziyyah dari kelas VII, VIII sampai kelas IX adalah 115 orang murid.
Namun yang menjadi subjek penelitian adalah kelas VIII dengan alasan sebagai
berikut :
1.
Pengurus OSIS dipegang oleh
kelas VIII
2.
Tingkat kedewasaan kelas
VIII lebih memadai bila dibandingkan dengan kelas VII
3.
Sementara kelas IX sudah
tidak efektif belajar dikarenakan sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi
ujian nasional.
Mengenai penentuan sampel, penulis berpedoman kepada pandangan Suharsimi
Arikunto (2006: 120) sebagai berikut :
Untuk
sekedar ancer-ancer, maka apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil
semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika
jumlah subjeknya besar dapat diambil dari jumlah masyarakat antara 10-25 % atau
20-25% atau lebih tergantung kemampuan penelitian.
Berpedoman
kepada pendapat diatas, Sampel penelitian yang terdiri dari siswa kelas VIII
berjumlah 23 orang siswa, pengurus 17 orang maka sampel penelitian ini
ditetapkan 40 orang siswa dari kelas VIII. Dengan ditambah kepala sekolah, Pembantu kepala sekolah bidang kesiswaan dan Pembina Organisasi
Siswa Intra Sekolah sebagai penguat penelitian.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Deskripsi Organisasi Siswa
Intra Sekolah
1.
Organisasi Dalam Konteks Sosial
Perubahan organisasi tanpa berusaha memahami bahwa suatu
oraganisasi banyak mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan sekitar. Artinya
kita harus terlebih dahulu mencoba memahami proses dan hakikat perubahan
organisasi. Sebetulnya hal ini mudah untuk memahami karena pada dasarnya suatu
organisasi ialah bagian dari suatu sistem yang lebih yaitu sistem sosial.
Perubahan dan gejolak yang terjadi dalam masyarakat sekarang ini secara sadar
atau tidak, sangat mempengaruhi kehidupan dari suatu organisasi. Masyarakat
sekarang ini mengalami perubahan sistem nilai dan oleh karenanya juga mengalami
perubahan perilaku sosial. Tanpa kita sadari melihat perubahan pandangan mengenai
pendidikan, pekerjaan dan cara hidup. Teknologi juga memepengaruhi dalam
perubahan yang digunakan juga menjadi rumit contohnya saja komputer, hampir
sudah menjadi salah satu ciri organisasi yang modern. Selain itu juga perubahan
sistem sosial, politik dan ekonomi yang begitu cepatnya, sehingga dalam banyak
hal ikut menentukan hidup mati suatu perubahan organisasi. Adanya kecendrungan
tersebut sudah banyak dianalisis oleh para ahli misalnya Warrem Bennis Dalam Adam I. Indrawijaya
(1985:17) mengatakan bahawa:
Perubahan
sistem sosial memberikan pengaruh terhadap iklim organisasi, gaya kepemimpinan
dan hakekat kehidupan dari suatu organisasi. Serta bila pengaruh dalam sistem
nilai akan berkelanjutan maka setiap organisasi harus berusaha untuk belajar
untuk lebih responsif, baik terhadap lingkungannya maupun terhadap tuntutan
dari para anggota.
2.
Definisi Dan Urgensi Organisasi
Istilah
organisasi yang berasal dari kata organon
dalam bahasa yunani berarti alat, Definisi tersebut telah banyak di kemukan
orang. Walapun pada dasarnya definisi-definisi tersebut tidak mengandung
perbedaan yang prinsip, namun kiranya perlu juga dikemukakan beberapa pendapat
para ahli sebagai bahan perbandingan, yaitu :
Chester I. Barnard, (1938) Dalam
Hayati Djatmiko, (2008:1) “ organisasi adalah sistem kerjasama dua orang atau
lebih.
Adam I. Indarawijaya
(1985;21) mengatakan bahwa, “organisasi sesungguhnya merupakan suatu sistem
yang terbuka”.
Dari definisi-definisi di
atas dapat di simpulkan bahwa dalam setiap organisasi terhadap tiga unsur dasar
yaitu :
a.
Orang-orang ( sekumpulan
orang )
b.
Kerjasama
c.
Serta tujuan yang akan di
capai
Keterbatasan
kebutuhan manusia dan keterbatasan kemampuan manusia dalam
memenuhi kebutuhan telah menghadapkan manusia pada kebutuhan untuk berorganisasi.
Demikian pula karakteristik manusia sebagai mahluk sosial tidak memungkinkan
manusia hidup wajar tanpa berorganisasi. Organisasi telah dibentuk sejak
manusia berada di muka bumi, didorong oleh motif di atas. Dilihat dari proses
pembentukan organisasi dapat dibentuk :
a.
Secara spontan, misalnya
yang dibentuk tanpa aturan dalam menolong kecelakaan.
b.
Yang dibentuk secara seksama
atas kerjasama secara formal yang didasarkan pada pertimbangan yang matang,
umpamanya organisasi se-hobby,
organisasi profesi, organisasi komersial, organisasi se-ideologi dan sebagainya.
- Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
Sebagai organisasi elite di sekolah, Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) memang mestinya mampu menjadi salah satu wadah
perkembangbiakan virus organisasi bagi siswa. Setiap siswa, dilantik atau
tidak, akan masuk menjadi anggota OSIS ini. Dalam upaya megenal, memahami dan
mengelola Oraganisasi Intra Sekolah perlu pnjelaskan menegenai penegertian dan
peranan tentang Oraganisasi Intra Sekolah.
a)
Pengertian Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
Organisasi Siswa Intra meliputi, secara sematis
di dalam surat keputusan direktur jendral pendidikan dasar dan menengah nomor
226/C/Kep/0/1993 disebutkan bahwa organisasi kesiswaan di sekolah adalah OSIS. Kepanjangan OSIS yang terdiri dari, Organisasi, Siswa, Intra, Sekolah
serta masing-masing mempunyai pengertian :
Organisasi secara umum adalah
kelompok kerjasama antara pribadi yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi dalam hal ini dimaksudkan satuan atau kelompok kerjasama para
siswa yang dibentuk dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama, yaitu mendukung terwujudnya pembinaan
kesiswaan.
Siswa adalah peserta
didik pada satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Intra adalah terletak
didalam dan diantara, sehingga OSIS berarti suatu arganisasi siswa yang ada
didalam dan di lingkungan sekolah yang bersangkutan.
Sekolah adalah satuan
pendidikan tempat menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar secaraberjenjang
dan bersinambungan.
Secara
organisasi, OSIS adalah satu-satunya organisasi siswa yang sah di sekolah, oleh
karena iti setiap sekolah wajib membentuk organisasi siswa intra sekolah
(OSIS), yang tidak mempunyai hubungan
organisatoris dengan OSIS di sekolah lain dan tidak menjadi bagian/alat dari
organisasi lain yang ada diluar sekolah. Secara fungsional dalam rangka
pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan khususnya di bidang pembinaan kesiswaan
arti yang terkandung lebih jauh dalam pengertian OSIS adalah sebagai salah satu
dari empat pembinaan kesiswaan, disamping ketiga jalur yang lain yaitu :
Latihan Kepemimpinan, Ekstrakurikuler Dan Wawasan Wiyatamandala.
Secara
sistem apabila OSIS dipandang suatu sistem, berarti OSIS sebagai tempat
kehidupan berkelompok siswa bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam
hal ini OSIS dipandang sebagai sistem, dimana sekumpulan para siswa mengadakan
koordinasi dalam upaya menciptakan suatu organisasi yang mampu mencapai tujuan.
Oleh karena OSIS sebagai
suatu sistem ditandai beberapa ciri pokok :
a. Berorientasi pada tujuan
b. Memiliki susunan kehidupan kelompok
c. Memiliki sejumlah peran
d. Terkoordinasi dan,
e. Berkelanjutan dalam waktu tertentu.
b)
Peran Organisasi Siswa Intra Sekolah
Salah satu
ciri pokok suatu organisasi ialah memiliki berbagai macam fungsi dan peran. Demikian
juga pada Organisasi Siswa Intra Sekolah sebagai suatu organisasi memiliki pola
beberapa peran atau fungsi dalam mencapai tujuan. Sebagai suatu organisasi
perlu pula memperhatikan faktor-faktor yang sangat berperan agar Organisai
Siswa Intra Sekolah sebagai organisasi
tetap hidup dalam arti tetap memiliki kemampuan beradaptasi dengan lingkungan
dan perkembangan. Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar Organisasi
Siswa Intra Sekolah tetap eksis yaitu :
a.
Sumber daya
b.
Efisiensi
c.
Koordinasi kegiatan sejalan
dengan tujuan
d.
Pembaharuan
e.
Kemampuan beradaptasi dengan
lingkungan luar
f.
Terpenuhinya fungsi dan
peran seluruh komponen
Berdasarkan
prinsip-prinsip organisasi tersebut agar OSIS selalu dapat mewujudkan
peranannya sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan perlu dipahami apa
sebenarnya arti, peran dan manfaat apa saja yang dapat disumbangkan OSIS dalam
rangka pembinaan kesiswaan. Sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan,
peranaan OSIS adalah, sebagai berikut :
1)
Sebagai wadah organisasi intra
sekolah merupakan satu-satunya wadah kegiatan para siswa disekolah bersama
dengan jalur pembinaan yang lain untuk mendukung tercapainya tujuan pembinaan
kesiswaan, oleh sebab itu OSIS dalam mewujudkan fungsinya sebagai wadah. tanpa saling
bekerjasama dari berbagai jalur, peran OSIS sebagai wadah tidak akan berfungsi
lagi.
2)
Sebagai penggerak/motivator
adalah perangsang yang menyebabkan lahirnya keinginan, semangat para siswa
untuk berbuat dan melakuakan kegiatan bersama dalam mencapai tujuan. OSIS akan
tampil sebagai penggerak apabila para Pembina, pengurus mampu membawa OSIS
selalu dapat menyesuaikan dan memenuhi kebutuhan yang diharapkan, yaitu :
Mengahadapi perubahan, memiliki daya tangkal terhadap ancaman,
memanfaatkan peluang serta perubahan, dan yang paling penting memberikan
kepuasan pada anggota. dengan bahasa manajemen OSIS mampu memainkan fungsi
intelektual, yaitu mampu meningkatkan keberadaan OSIS baik internal maupun
eksternal. Apabila OSIS dapat dapat berfunsi demikian sekaligus OSIS berhasil
menapilkan perannya sebagai motivator.
3)
Peranan yang bersifat
preventif apabila peran yang bersifat intelek dalam arti secara internal OSIS
dapat mengerakan sumber daya yang ada secara eksternal OSIS mampu
mengadaptasikan dengan lingkungan seperti : menyelesaikan persoalan prilaku
menyimpang siswa dan sebagainya.
Dengan
demikian secara preventif OSIS berhasil ikut, mengamankan sekolah dari berbagai
ancaman yang dating dari dalam maupun dari luar. Peranan preventif OSIS akan
terwujud apabila peranan sebagai pendorong lebih dahulu harus dapat diwujudkan.
Melalui peranan OSIS dapat ditarik beberapa manfaat-manfaat sebagai berikut :
a. Meningkatkan nilai-nilai ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Meningkatkan kesadaran berbangsa, bernegara dan cinta tanah
air.
c. Meningkatkan kepribadian dan budi pekerti luhur.
d. Meningkatkan kemampuan berorganisasi, pendidikan politik dan
kepemimpinan.
e. Meningkatkan ketrampilan, kemandirian dan percaya diri.
f. Meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani.
g. Menghargai dan menjiwai nilai-nilai seni, meningkatkan
dan mengembangkan kreasi seni.
c)
Maksud Dan Tujuan Organisasi Siswa Intra
Sekolah
Maksud pembinaan kesiswaan adalah mengusahakan
agar para siswa dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia seutuhnya sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional berdasarkan pancasila. sedangkan tujuan
pembinaan kesiswaan adalah meningkatkan peran serta dan inisiatif para siswa untuk menjaga serta
membina sekolah sebagai wiyatamandala sehingga terhindar dari usaha pengaruh
yang bertentangan dengan kebudayaan nasional. Menumbuhkan daya tangkap pada
diri siswa terhadap pengaruh negatife yang datang dari luar lingkungan sekolah,
memanfaatkan kagiatan kurikuler dan ekstrakurikuler dalam kegiatan menunjang
pencapaian kurikulum, meningkatkan apersepsi dan hayatan seni, menumbuhkan
sikap berbangsa dan bernegara, meneruskan dan mengembangkan jiwa semangat serta
nilai-niai 45 dan meningkatkan kesegaran jasmani dan daya kreasi.
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)
merupakan satu-satunya wadah untuk menampung dan menyalurkan kreatifitas baik
melalui kegiatan kurikuler maupun ekstrakulikuler dalam menunjang tercapainya
keberhasilan, kurikuler atau Organisasi Siswa Intra Sekolah bertujuan
meningkatkan peran serta inisiatif siswa adalah untuk, sebagai berikut :
a.
Mempertebal ketaqwaan
tehadap Tuhan Yang Maha Esa
b.
Menjaga dan menciptakan
sekolah sebagai wiatamandala (lingkungan pendidikan) agar terhindar dari usaha dan pengaruh yang bertentangan dengan
tujuan pendidkan nasional sehingga terciptanya suasana kehidupan belajar mengajar
yang efektif dan efisien, serta tertanamnya rasa hormat dan cinta terhadap
orang tua, guru, dan almamater dikalangan siswa.
c.
Menumbuhkan daya tangkal
pada diri siswa, agar menjujung tinggi kebudayaan nasional dan mampu menjaring
pengaruh kebudayaan yang dating dari luar yang bertentangan dengan kepribadian
Indonesia.
d.
Meningkatkan persepsi,
apresiasi dan kreasi seni dalam rangka tercapainya keselarasan, dan
keseimbangan antara kehidupan lahiriah dan kepuasan batiniah serta menumbuhkan rasa
indah dan halus sebagai dasar pembentukan kepribadian dan budi pekerti
luhur.
e.
Menumbuhkan dan membina
sikap berbangsa dan bernegara.
f.
Meneruskan
dan mengembangkan semangat,serta nilai-nilai 1945 dan pancasila
g.
Meningkatkan kesegaran
jasmani dan daya kreasi guna tercapainya keseimbangan antara pertumbuhan
jasmani dan rohani.
B. Deskripsi Pendidikan
dan Pendidikan Karakter
1.
Definisi, Tujuan Dan Fungsi Pendidikan
Pendidikan
umunya bertujuan sangat mulia. Yaitu membentuk manusia mejadi pribadi yang kuat
dalam interaksi seluruh aspek kehidupan manusia dan sekian banyak tujuan
lainnya dalam konteks Indonesia, tujuan pendidikan telah dirumuskan dalam
Undang-Undang 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasioanl. Undang-Undang Pendidikan
Nasioanl ini dirancang mengorganisir proses belajar yang ideal, penerapan
kurikulum sebagai satuan unit pendidika, Serta mengatur semua elemen dilembaga
pendidikan baik guru, staf, karyawan, lembaga pendidikan, dan murid.
a)
Definisi pendidikan
Menurut Ki Hajar Dewantara
(Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, 1889 - 1959) “Pendidikan umumnya berarti
daya upaya untuk memajukan budi pekerti ( karakter, kekuatan bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras
dengan alam dan masyarakatnya”.
definisi secara luas menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) Tentang Sistem Pendidikan Nasional ialah sebagai berikut :
definisi secara luas menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (1) Tentang Sistem Pendidikan Nasional ialah sebagai berikut :
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Nana Sudjana (1991:1) mengatakan bahwa ”Pendidikan adalah upaya manusia
unutk memanusiakan manusia”. Dalam ungkapan lain, Nana Sudjana (1991:2)
mengatakan bahwa ”Pendidikan adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang hayat”.
Pemikiran tersebut didasarkan kepada pada realitas manusia sebagai makhluk
tuhan yang dianugerahi kemampuan berbahasa dan akal pikiran sehingga mampu
mengembangkan dirinya sebagai manusia yang berbudaya.
Betapa
bagusnya kita memberikan definisi atau makna dan penegertian pendidikan, Kalau nyatanya
dalam tataran praktisi kurang begitu baik, Maka semua keindaham definisi,
pengertian hanya selesai sampai konsepsi saja. Seolah pendidikan mejadi sekedar
sederatan teori dan pengetahuan yang harus dihafal peserta.
b)
Tujuan Pendidikan Nasional
Negara kita telah merumuskan tujuan
pendidikan nasional dengan bagus. Kita bisa melihat kembali rumusan itu
dalam TAP MPR No. 4/MPR/1975, Tujuan
pendidikan membangun dibidang pendidikan didasari atas falsafah Negara
Pancasila untuk membentuk manusia-manusia pembangun yang berpancasila, serta untuk
membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani. Mencintai bangsa Negara dan
mencintai sesame sesama manusia sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar
1945.
Dalam Undang-Undang No. 2 tahun 1985 tujuan pendidikan
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya ,
yaitu :
- Manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Berbudi pekerti yang luhur
- Memiliki pengetahuan dan keterampilan
- Sehat jasmani dan rohani
- Berkepribadian yang mantap dan mandiri
- Serta mempunyai rasa tanggung jawab bermasyarakat dan berbangsa
Sedangkan tujuan Pendidikan
Nasioanal kita sekarang ini, tertuang dengan jelas di dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasioanal, yaitu menciptakan peserta didik
(Manusia Indonesia) yang :
- Beriman
- Bertaqwa pada tuhan yang maha esa
- Berakhlak mulia
- Sehat
- Berilmu cakap
- Kreatif
- Mandiri
- Menjadi warga Negara yang demokratis
- Bertanggung jawab
c)
Fungsi Pendidikan
Fungsi
pendidikan tidak berbeda dengan tujuan pendidikan ada kesamaan antara keduanya. Sama-sama mempunyai sifat normatif, yaitu
memperbaiki kondisi atau keadaan seseorang dari tidak berpengetahuan menjadi
berpengetahuan. Adapun yang lebih idealnya seperti yang tertuang dalam
Undang-Undang Sisdiknas Bab II Pasal 3
disebutkan bahwa :
Pendidikan
nasional berfunsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang berimana dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Berakhlak mulia,
Sehat, Berilmu, Cakap, Kreatif, Mandiri, dan Menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
2.
Pengertian Pendidikan Karakter
Secara sederhana definisi pendidikan adalah :
Proses
pertumbuhan dan perkembangan manusia dengan semua potensinya melalui pengajaran
(teaching) dan pembelajaran (learning) untuk mendapatkan pengetahuan
(knowledge) atau keterampilan (skill) serta mengembangkan tingkah laku
(behavior) yang baik agar bisa
bermanfaat bagi kehidupan dirinya, masyarakat dan lingkungan (Hamka Abdul Aziz,
2011:197).
Atau definisi pendidikan
yang lebih filosifis :
Proses
transformasi-dialogis antara peserta didik dan pendidik dalam semua potensi
kemanusiaannya sehingga menumbuhkan kesadaran, sikap dan tindakan kritis
terhadap lingkungan sekitar.
Pendidikan
sejatinya menanamkan nilai-nilai transenden spiritual dan pentingnya hidup
bermasyarakat dengan akhlak mulia. Seolah-olah proses pendidikan hanya untuk
menopang hidup jasmani saja, dan tidak berhubungan sekali dengan spiritualitas
dan keimanan atau ketakwaan. Padahal, mengacu pada pendidikan (pembelajaran)
tidak bisa terlepas dengan persoalan keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.
Salah satu
perlengkapan hidup manusia adalah karakteristiknya yang khas dan unik. Semua
manusia pada dasarnya mempunyai karakteristik yang sama, dan itulah yang kita
sebut fitrah. Fitrah yang dipahami sebagai bebas nilai. Tidak begitu maksudnya.
justru fitrah mengandung pengertian bahwa manusia sesungguhnya hanya terikat
pada hukum dan ketentuan tuhan saja. Karena manusia buka onggokkan daging dan
tulang belulang.
Karakter
bahasa mudahnya adalah watak. Karakter bersemayam dalam diri seseorang sejak
lahiriahnya. Dia tidak bisa berubah, meskipun apa pun yang terjadi. Tapi dia
bisa tertutup oleh berbagai kondisi. Ini berbeda dengan tabiat, tabiat bisa
berubah-ubah karena interaksi sosial dan sangat dan sangat diperlukan oleh
kondisi kejiwaan.
Karakter
inilah yang menjadi perhatian besar bangsa Indonesia. Semua pejabat tinggi negeri,
pendidik, politikus pengamat sosial dan sebagainya membicarakan pentingnya
membangun karakter bangsa. Karena gejala sosial yang terjadi akhir-kahir ini di
negeri kita sangat memperihatinkan. Bangsa yang dulu dikenal peramah, sekarang
menjelma menjadi bangsa yang pemarah. Setiap hari kita dijejali informasi tentang
kekerasan. Media berlmba-lomba memberitakan tawuran antarpelajar, antarkampung,
antarpendukung partai, atau antargeng, lengkap dengan gambar-gambarnya. Bahkan
media elektronik tidak jarang menayakannya secara live, langsung dari lokasi kejadian. Terasa mengiriskan hati.
Karena gambar-gambar kekerasan dengan segera mengendap dibenak kita. Dia
membentuk cetak biru pola-pola tindak
kekerasan di alam bawah sadar kita dan ketika kita mengalami satu masalah yang
berhubungan dengan orang lain, maka pola-pola tindak kekerasan mencuat
kepermukaan kesadaraan kita. Oleh karena itu jangan heran kalau setiap kali ada
persoalan, yang kita kedepankan adalah tindakan kekerasan melahirkan kekerasan
lainnya. Tidak menyelesaikan masalah.
Karena itu
kita ingin membangun karakter bangsa Indonesia, lalu pertanyaan yang muncul
adalah ; siapa atau lembaga yang akan menjadi Pembina, pembentuk dan pengarah
karaker bangsa kita? Siapa yang menjadi model sebagai manusia yang berkarakter
kuat? Apakah orang-orang yang nanti duduk di lembaga untuk membina karakter
bangsa itu adalah orang yang memiliki karakter kuat.
Menurut Hornby dan Parnwell Secara harfiah karakter
artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi, (Hamka
Abdul Aziz, 2011:197). Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah
sifat-sifat kejiwaan, ahklak atau budi pekerti yang membedakan sesorang
dariyang lain, tabiat, watak. Berkarakter artinya mempunyai watak, mempunyai
kepribadian (Hamka Abdul Aziz, 2011:197). Didalam Kamus Psikhologi dinyatakan
bahwa karaker adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran
seseorang, biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap Dali
Gulo, (Hamka Abdul Aziz, 2011:198).
Dari
beberapa pengertian tersebut di atas, dapat dinyatakan bahwa karakter adalah
kualitas atau kekuatan mental dan moral, akhlak atau budi pekerti individu yang
merupakan kepribadian khusus serta membedakan idividu lain. Dengan demikian,
dapat dikemukakan juga bahwa karakter pendidikan adalah kualitas mental atau
moral, akhlak atau budi pekerti dari nilai-nilai dan keyakinan yang ditanamkan
dalam proses pendidikan serta merupakan kepribadian khusus yang harus melekat
pada peserta didik.
Dengan sudut pandang
berbeda, Aa Gym (Dalam Hamka Abdul Aziz, 2011:199) mengemukakan bahwa karakter
itu terdiri dari empat hal antara lain, yaitu :
a. Ada
karakter lemah; misalnya penakut, tidak berani mengambil keputusan atau resiko,
pemelas, cepat kalah, belum apa-apa sudah menyerah dan sebagainya.
b. Karakter
kuat contonya tangguh, ulet, mempunyai daya juang tinggi, atau pantang
menyerah, dan lain sebagainya.
c. Karakter
jelek, misalnya licik, egois, serakah, sombong, suka pamer dan sebagainya.
d. Karakter
baik, seperti jujur, terpercaya, rendah hati dan sebagainya.
Peserta
didik dapat dikatakan berkarakter kuat dan baik jika telah berhasil menyerap
nilai dan keyakinan yang telah ditanamkan dalam proses pendidikan serta
diguanakan sebagai kekuatan moral dan spiritual dalam kepribadiannya untuk
menjalankan tugas dan kewajibannya mengelola alam (dunia) untuk kemanfaatan dan
kebaikan masyarakat dan dirinya.
Sedangkan
pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajar pengetahuan,
tapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi
pekerti yang luhur dan lainsebagainya. Pemberian penghargaan (prizing) kepada yang berprestasi, dan hukuman
kepada yang melanggar (punishment),
menumbuh suburkan (cherising)
nilai-nilai yang baik sebaliknya mengecam dan mencegah (discowaging) berlaku nilai-nilai yang buruk. Selanjutnya menerapkan
pendidikan berdasarkan karakter (characterbase
education) dengan menerapkan kedalam setiap pelajaran yang ada, disamping
mata pelajaran khusus untuk mendidik karakter, seperti; pelajaran Agama,
Sejarah, Moral Pancasila (Pendidikan Kewarganegaraan) dan sebagainya.
3.
Budaya Yang Membentuk Karakter Dan Karakter Yang Menjadi Budaya
Ketika
manusia berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara memaksimalkan
potensi-potensi yang ada yang ada pada dirinya, sesungguhnya manusia sedang
menciptakan Budaya, kultur. Budaya, kultur yaitu keseluruhan tatanan sosial,
system nilai dan norma, kebiasaan serta adat-istiadat yang merupakan hasil
kreasi dan rekayasa akal budi (Hamka Abdul Aziz, 2011:58).
Kalau kita
setuju dengan anggapan di atas, maka kita bisa menerima kenyataan bahwa budaya
itu tidak kekal (abadi), hanya berlaku pada suatu kurun tertentu, serta
terbatas pada suatu komunitas manusia saja. Bisa jadi produk budaya tersebut
ditinggalkan setelah ada produk (budaya) yang baru. yang harus juga diingat
bahwa, manusia cenderung ingin selalu memiliki yang baru dan akan terus
berusaha memiliki yang baru. Ketika belum ada kendaraan yang bisa ditunggangi
manusia menunggangi hewan, akan tetapi hewan tidak bisa menampung dengan jumlah
manusia yang lebih banyak. Maka manusia mencoba membuat tunggangan lain,
meskipun tetap menggunakan jasa hewan, contohnya gerobak atau kereta kuda.
seterusnya dan seterusnya manusia dinamis.
Tetapi
beberapa produk budaya, terutama yang berkenaan dengan tingkah laku, seni dan
kebiasaan yang kemudian menjadi tradisi, tetap berlaku di suatu komunitas
masyarakat. bahkan ada upaya-upaya melestarikan sebagai apresiasi terhadap
hasil kreasi, imajinasi olah pikir dan olah rasa manusia, tapi sekarang
dipahami sebagai sekedar kebiasaan saja, yaitu kebiasaan yang dilakuakan secara
luas oleh orang banyak, dari berbagai lapisan masyarakat. Bahayanya
kebiasaan-kebiasaan yang dianggap budaya itu adalah kecendrungan prilaku buruk.
Sehingga beberapa prilaku buruk dianggap sebagai budaya, misalnya saja
kebiasaan dating terlambat (jam karet), merasa paling benar, mau menag sendiri,
main hakim sendiri.
Semua
kebiasaan dan prilaku buruk yang dipaparkan diatas, awalnya dilakukan oleh
orang per orang saja. Namun lama kelamaan juga dilakukan oleh orang banyak serta dengan ruanglingkup yang lebih luas
dinegara kita dan kita melihatnya sebagai sesuatu hal yang wajar. Akhirnya
kebiasaan buruk itu dianggap sebagai budaya. pada hakikatnya ini merupakan
penyakit sosial (social problem),
kalau ini dibiarkam saja, maka semua kebiasaan buruk itu akan mengalami
kristalisasi menjadi pseudo karakter bangsa kita (karakter palsu
manusia-manusia indonesia).
Dari
pembahasan diatas di katakana bahwa, karakter itu bawaan lahir, dan disebutkan fitrah. karakter bersifat universal,
tetap dan tidak bisa berubah dengan cara bagaimana pun. Akan tetapi dia bisa
ditutup dengan keadaan-keadaan tertentu. Sehingga karakter itu tidak mucul
kepermukaan dan membentuk prilaku baik atau keribadian seseorang. Tapi kalau
dia muncul dan melahirkan prilaku dan tindakan yang baik, maka dia akan menjadi
kekuatan yang dahsyat. Apabila kalau karakter itu secara sadar dilakukan oleh
orang-orang di suatu Negara, maka bukan tidak mungkin dia akan menjelma menjadi
budaya.
Perasaan
malu berbuat salah atau melanggar norma-norma yang telah disepakati dalam
sebuah sosial/komunitas merupakan karakter asli. Sebagaimana yang tertulis
dalam AL-Qur’an “al hayu u minal iman”
artinya rasa malu itu sebagian dari pada iman. Dijepang misalnya, seorang
pejabat yang ketahuan melakukan tidakan korupsi, bisa langsung melakukan hara-kiri (bunuh diri) agar terlepas
dari rasa malu yang menjerat di hadapan masyarakat. yang melimpah ruah dan
berlaku di masyarakat adalah budaya sampah. Sekarang kontroversi, besok bisa
langsung ditinggalkan jauh-jauh. Ketika suatu bangsa mengalami krisis budaya,
maka kemungkinan besar masyarakat, bangsa atau rakyat Negara itu akan mengalami
kematian karakter, lebih celakanya lagi mereka kehilangan identitas/jati diri (Hamka
Abdul Aziz, 2011:65). Dalam kurun waktu beberapa tahun ini, masyarakat
Indonesia yang religius sebagaian telah berubah menjadi masyarakat yang
permisif terhadap nilai-nilai barat yang jauh dari pada akhlak mulia. Kondisi
ini semakin menjadi-jadi dengan era yang lebih terbuka (globalisasi), setelah munculnya teknoogi canggih semacam internet. Tapi,
karena atas nama kebebasan dan hak azasi manusia, akhirnya masyarakat kita
menerima itu sebagai bagian dari konsekuensi kemajuan teknologi. Bukan bagian
dari perusakan moral dan nilai-nilai kebaikan.
4.
Nilai-nilai karakter
Berdasarkan kajian nilai-nilai agama,
norma-norma sosial, peraturan/hukum, etika akademik, dan prinsip-prinsip HAM,
telah teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai
utama, yaitu nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, dan lingkungan serta kebangsaan.
Berikut adalah daftar nilai-nilai utama yang dimaksud dan diskripsi ringkasnya.
1)
Nilai karakter dalam hubungannya dengan Tuhan
Religius Pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan
selalu berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.
2)
Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri
Jujur, Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan, baik terhadap diri dan pihak lain.
Bertanggung jawab, Sikap
dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan YME.
Bergaya hidup sehat, Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat
mengganggu kesehatan.
Disiplin, Tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan, peraturan dan
norma-norma yang ada.
Kerja keras, Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan
sebaik-baiknya tanpa berleha-leha.
Percaya diri, Sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap
pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
Berjiwa wirausaha, Sikap dan perilaku yang mandiri dan pandai atau berbakat
mengenali produk baru, menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk
pengadaan produk baru, memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya.
Berpikir logis, kritis,
kreatif, dan inovatif, Berpikir dan melakukan sesuatu secara
kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir
dari apa yang telah dimiliki.
Mandiri, Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
Ingin tahu, Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
Cinta ilmu, Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
3)
Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama.
Sadar akan hak dan
kewajiban diri dan orang lain, Sikap tahu dan
mengerti serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang
lain serta tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain
Patuh pada aturan-aturan
social, Sikap menurut dan taat terhadap aturan-aturan berkenaan
dengan masyarakat dan kepentingan umum.
Menghargai karya dan
prestasi orang lain, Sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui
dan menghormati keberhasilan orang lain.
Santun, Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa
maupun tata perilakunya ke semua orang.
Demokratis, Cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
4)
Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan
Peduli sosial dan
lingkungan, Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi
bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan
5)
Nilai kebangsaan
Nasionalis Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan
fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya.
Menghargai keberagaman, Sikap memberikan respek/ hormat terhadap berbagai macam
hal baik yang berbentuk fisik, sifat, adat, budaya, suku, dan agama.
C. Hubungan Organisasi Intra Sekolah
Dengan Pendidikan Karakter
Manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
dan berakhlak mulia sebagai karsa sila pertama Pancasila tidak dapat terwujud
secara tiba-tiba. Manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia akan
terbentuk melalui proses kehidupan, terutama melalui proses pendidikan,
khususnya kehidupan beragama dan pendidikan agama. Proses pendidikan ini
terjadi dan berlangsung seumur hidup baik di lingkungan keluarga, sekolah,
maupun di masyarakat. Melalui proses pendidikan, setiap warga negara Indonesia
dibina dan ditingkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta akhlak mulianya. Dengan demikian, meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan
berakhlak mulia, sebagai salah satu unsur tujuan pendidikan nasional mempunyai
makna dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang kita cita-citakan. Sejalan
dengan Undang-Undang Standar Pendidikan Nasional Pasal 3, meyebutkan bahwa :
Pendidikan
nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. (kemendiknas dan kemendag, direktorat
jendral pendidikan dasar 2011 : 245).
Di atas sudah jelas bahwa membentuk karakter
adalah membangun peradaban bangsa, dalam rangka pendidikan nasional mempunyai
tujuan untuk mengembangakan potensi peserta didik, Organisasi Siswa Intra Sekolah salah satu alternatif dalam mengembangkan potensi peserta
didik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Karakter bangsa adalah cita-cita bangsa
Indonesia dalam rangka membangun peradaban bangsa yang dinamis maju dalam
segala aspek kehidupan masyarakat.
- Organisasi Siswa Intra Sekolah Merupakan Bagian Pembinaan Pendidikan Karakter
Organisasi Siswa Intra Sekolah merupakan bagian dari program
pembinaan kesiswaan, yang termasuk kelompok bidang peningkatan mutu pendidikan.
Artinya, kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah dirancang dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, yang memperkuat penguasaan kompetensi
dan memperkaya pengalaman belajar peserta didik melalui kegiatan di luar jam
pelajaran. Kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah di SMP perlu didukung oleh
penggunaan strategi yang relevan dengan situasi dan kondisi sekolah serta
perkembangan peserta didik. Pemilihan dan penggunaan suatu strategi pembinaan,
akan sangat bergantung kepada faktor penentu sebagai berikut :
- Pemahaman pendidik terhadap kondisi obyektif siswa;
- Tingkat penguasaan kompetensi pendidik;
- Tujuan yang akan dicapai;
- Proses pelaksanaan yang direncanakan;
- Materi kegiatan yang dikembangkan; dan
- Dukungan kelembagaan sekolah, baik berupa tenaga, dana, maupun sarana/prasarana.
Adapun
strategi pembinaan di sekolah dapat ditempuh dalam bentuk kegiatan Organisasi
Siswa Intra Sekolah sebagai berikut :
a) Lokakarya Kegiatan Kesiswaan.
Strategi ini lazim diselenggarakan pada awal tahun pelajaran atau di antara
senggang semester, yang terutama ditujukan untuk memadukan program yang bersifat
akademik dan non-akademik sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
keseluruhan program pendidikan di sekolah.
b) Pengembangan Kelompok Bakat-Minat.
Strategi ini ditujukan untuk menyalurkan potensi peserta didik SMP yang
cenderung suka hidup berkelompok dengan teman sebaya (peer group) yang
berbakat, berminat, dan bercita-cita yang sejenis. Strategi pengembangan
kelompok meliputi pembentukan :
1) klub olahraga siswa;
2) klub bakat, minat, dan kreativitas
dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
3) pedoman etika, tata tertib, dan tata
kehidupan sosial di sekolah;
4) kelompok Palang Merah Remaja (PMR),
dan sebagainya.
5) Pendidikan Kecakapan Hidup.
Strategi ini dapat ditempuh oleh sekolah dalam rangka
membekali siswa dengan kemampuan dan kesanggupan untuk mengatasi persoalan
kehidupan, baik dalam hubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun masa depannya.
- Bentuk Kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah Dan Nilai-nilai Karakter
Bentuk
Kegiatan Organisasi Siswa Intra Sekolah dan Nilai-nilai Karakter :
- Pembiasaan Akhlak Mulia Religius, Taat kepada Tuhan YME, Syukur, Ikhlas, Sabar, Tawakkal
- Masa Orientasi Siswa (MOS) Percaya Diri, Patuh pada aturan-aturan sosial, Bertanggungjawab, Cinta Ilmu, Santun, Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
- Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Percaya Diri, Kreatif dan Inovatif, Mandiri, Bertanggungjawab, Menepati Janji, Berinisiatif, Disiplin, Visioner, Pengabdian/dedikatif, Bersemangat, Demokratis
- Tatakrama dan Tata Tertib Kehidupan Sosial Sekolah Dapat Dipercaya, Jujur, Menempati Janji, Rendah Hati, Malu Berbuat salah, Pemaaf, Berhati Lembut, Disiplin, Bersahaja, Pengendalian Diri, Taat Peraturan, Toleran, Peduli sosial dan lingkungan
- Upacara Bendera Bertanggungjawab, Nasionalis, Disiplin, Bersemangat, Pengabdian, Tertib, Berwawasan Kebangsaan
- Pendidikan Pendahuluan Bela Negara Rela Berkorban, Pemberani, Disiplin, Bersemangat, Pengabdian, Toleran, Menghargai Keberagaman, Kebersamaan, Nasionalis
- Pendidikan Berwawasan Kebangsaan Cinta tanah air, Menghargai keberagaman, Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, Peduli sosial dan lingkungan, Demokratis, Tidak rasis, Menjaga persatuan, Memiliki semangat membela bangsa/Negara
- Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Patuh pada aturan-aturan sosial, Bergaya hidup sehat, Peduli sosial dan lingkungan, Cinta keindahan
- Palang Merah Remaja (PMR) Bergaya hidup sehat, Disiplin, Peduli sosial dan lingkungan
- Pendidikan Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba Percaya diri, Patuh pada aturan-aturan sosial,
Bergaya hidup sehat, Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain,
Disiplin.
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIANA. Pengertian PenelitianDalam bab ini akan dibahas tentang metodologi penelitian yang akan dipergunakan. Sugiyono (2004:1) mengatakan bahwa “Penelitian adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.Sementara itu, metodologi penelitian merupakan langkah-langkah yang akan ditempuh oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian. Suharsimi Arikunto (2006: 20) mengemukakan prosedur penelitian atau langkah-langkah penelitian sebagai berikut:a. Memilih masalahb. Studi pendahuluanc. Merumuskan anggapan dasarc.1 Merumuskan hipotetisd. Memilih pendekatane. Menentukan variabel dan sumber dataf. Menentukan dan menyusun instrumeng. Mengumpulkan datah. Analisis data / pengolahan datai. Menarik kesimpulanj. Menulis laporanSelanjutnya, penulis membuat langkah-langkah penelitian yang akan dilaksanakan dalam penyusunan skripsi ini. Berikut adalah gambaran mengenai prosedur penelitian yang akan dilaksanakan.
B. Metode PenelitianMetode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan dan menyusun data serta analisis dan interpretasi mengenai arti data yang diteliti. Winarno Surakhmad (1992:131) mengemukakan bahwa :Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan alat tertentu. Cara ini digunakan setelah peneliti memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan.Berdasarkan pengertian di atas, Penulis mengunakan metode penelitian deskriptif karena sesuai dengan sub masalah yang diangkat dengan memberikan gambaran mengenai situasi objek penelitian yang didasarkan pada hasil penyelidikan berupa fakta-fakta dan keterangan. Maka dari itu dari fakta-fakta dan keterangan itu, peneliti dapat menguji kebenaran hipotesis, dan diakhiri dengan menarik kesimpulan tentang masalah yang sedang diteliti. Berkenaan dengan metode deskriptif ini, Sesuai dengan pendapat U. Maman (2001:229) mengatakan bahwa “penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan gejala sosial, politik ekonomi dan budaya dan lain-lain”.C. Teknik Pengumpulan Dataa. Teknik ObservasiObservasi yaitu "kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera, jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, pengciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap". Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yang kemudian digunakan untuk menyebut observasi, yaitu :1) Observasi non sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan.2) Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamatan dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan. (Suharsimi Arikunto, 2006:156)..Dengan berdasarkan pengertian di atas maka observasi dilakukan dalam rangka mengamati dan memahami Organisasi Siswa Intra Sekolah SMP Islam Atturmudziyyah bagian dari pada sekolah tersebut.b. Angket atau Kuesioner“Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui”. (Suharsimi Arikunto 2006: 151)Penulis memberikan sejumlah pertanyaan tertentu dalam bentuk angket tertutup kepada responden dalam hal ini responden adalah pengurus serta siswa lain yang terlibat didalam Organisasi Siswa Intra Sekolah SMP Islam Atturmudziyyah 23 orang siswa kelas VIII, 17 orang pengurus (OSIS) sebanyak 40 orang siswa.c. Wawancara atau InterviewWawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan sebagaimana dikatakan oleh Suharsismi Arikunto (1998: 145) bahwa “interview atau wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari pewawancara.Dalam hal ini responden adalah Kepala Sekolah pembantu kepala bagian Kesiswaan dan Pembina Organisasi Siswa Intra Sekolah.d. Studi literaturStudi literatur yaitu “ studi yang dilakukan untuk mencari data melalui literatur yang berhubungan dengan penelitian melalui buku, catatan, transkrip, surat kabar, majalah atau kepustakaan lainnya” (Suharsismi Arikunto, 1998: 230).D. Populasi Dan Sampel1. PopulasiMenurut Sugiyono (2009 : 61) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.Suharsimi Arikunto (1990:102) berpendapat bahwa,”populasi itu merupakan keseluruhan objek penelitian”. Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :1. Siswa SMP Islam Atturmuzdiyyah kelas VII 40 orang siswa, kelas VIII 40 orang siswa, kelas IX 35 orang siswa seluruhnya berjumlah 115 orang2. Pengurus dan anggota yang terlibat OSIS 20 orang.3. Kepala sekolah4. Pembantu kepala sekolah bidang kesiswaan5. Pembina Organisasi Siswa Intra Sekolah2. SampelSementara itu, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi (Sugiyono, 2009 : 62).Berdasarkan studi pendahuluan, penulis menemukan data bahwa jumlah keseluruhan murid SMP Islam Atturmudziyyah dari kelas VII, VIII sampai kelas IX adalah 115 murid. Namun yang menjadi subjek penelitian adalah kelas VIII dengan alasan sebagai berikut :1. Pengurus OSIS dipegang oleh kelas VIII2. Tingkat kedewasaan kelas VIII lebih memadai bila dibandingkan dengan kelas VII3. Sementara kelas IX sudah tidak efektif belajar di karenakan sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian nasional.Mengenai penentuan sampel, penulis berpedoman kepada pandangan Suharsimi Arikunto (2006: 120) sebagai berikut :Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil dari jumlah masyarakat antara 10-25 % atau 20-25% atau lebih tergantung kemampuan penelitian.Berpedoman kepada pendapat diatas, Sampel penelitian yang terdiri dari siswa kelas VIII berjumlah 23 orang siswa, pengurus 17 orang maka sampel penelitian ini ditetapkan 40 orang siswa dari kelas VIII. Dengan ditambah kepala sekolah, Pembantu kepala sekolah bidang kesiswaan dan Pembina Organisasi Siswa Intra Sekolah sebagai penguat penelitian.E. Persiapan PenelitianUntuk kelancaran dalam penelitian, sebelumnya penulis merasa perlu mengadakan persiapan-persiapan dengan maksud dan tujuannya adalah untuk menghindari segala hambatan dan kekeliruan yang mungkin terjadi serta untuk dapat mencapai tujuan penelitianAdapun persiapan yang dilaksanakan penulis adalah sebagai berikut :1) Mengadakan studi pendahuluan yaitu menentukan objek yang akan diteliti dan menetapkan daerah penelitian. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis ini mengangkat dalam permasalahan terkait dengan kontribusi Organisasi Siswa Intra Sekolah dalam penunjang keberhasilan pendidikan karakter, maka sebagai objek dalam penelitian ini adalah Siswa SMP Islam Atturmudziyyah yang menjadi pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah.2) Menyusun instrumen penelitian berupa angket bagi para responden. Instrumen yang penulis buat berupa pertanyaan-pertanyaan beserta jawabannya telah tersedia terdiri dari empat options, diantaranya empat opsion ini responden diharuskan memilih satu jawaban yang dianggapnya tepat dengan cara memberi tanda silang (X).3) Mempersiapkan persyaratan administrasinya sebagai berikut :I. Dewan bimbingan skripsi STKIP Garut mengetahui dan menyetujui judul skripsi yang diajukan.II. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada ketua STKIP Garut.III. Ketua STKIP Garut mengeluarkan surat izin untuk melalui PK 1 Bidang Akademik. disampaikan kepada Kepala Sekolah SMP Islam Atturmudziyyah Garut.IV. Kepala Sekolah SMP Islam Atturmudziyyah, Kabupaten Garut memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.F. Pelaksanaan PenelitianDalam pelaksanaan penelitian, penulis menempuh langkah-langkah sebagai berikut :1. ObservasiObservasi yang dilakukan penulis diharapkan memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana keadaan Organisasi Siswa Intra Sekolah Di SMP Islam Atturmudziyyah.2. Menyebarkan angketAngket yang akan disebarkan sebelumnya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pembimbing guna mendapat persetujuan penyebaran secara menyeluruh yang didahului dengan pelaksanaan try out terhadap beberapa responden. Angket yang akan disebarkan kepada responden dalam penelitian ini yaitu 23 orang siswa kelas VIII, 17 orang Pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah yang responden seluruhnya berjumlah 40 orang.3. WawancaraUntuk mendapatkan data yag lebih objektif, penulis mengadakan wawancara dengan narasumber Kepala Sekolah, satu Orang pembantu kepala biadang kesiswaan dan satu orang Pembina OSIS.G. Teknik Pengolahan Data Dan Penarikan Kesimpulan1. Teknik Pengolahan DataSetelah data dikumpulkan, selanjutnya peneliti mengolah data-data tersebut yang kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.Berbicara pengolahan data, maka dapat dilakukan dua cara: pertama, cara statistik yaitu menggunakan berbagai rumus statistik, kedua, cara non satistik yaitu dengan cara membandingkan data yang telah diolah dengan standar atau kriteria yang telah dibuat oleh peneliti maupun dengan mencari proporsi, prosentase dan rasio. Mengenai cara yang kedua ini ada yang menyebutnya sebagai analisis statistik sederhana tetapi ada juga para ahli statistik yang mengkategorikannya sebagai metode kualitatif. Lepas dari itu semua, yang jelas kedua cara di atas termasuk penelitian yang ilmiah.Selanjutnya, dalam penelitian ini penulis menggunakan cara yang kedua, yakni cara non statistik. Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:1) Pengecekan dataData yang terkumpul dikoreksi kembali untuk mengecek jumlah lembaran yang sesuai untuk dipergunakan.2) Menyeleksi dataLangkah ini dilakukan setelah data terkumpul yaitu dengan mengadakan pemilihan data yang benar sehingga dapat menjawab tujuan dan hipotesis penelitian.3) Mengklasifikasikan dataSelanjutnya, data yang terkumpul dikelompokkan menurut kategori tertentu sesuai dengan pertanyaan penelitiannya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengolahan data yang selanjutnya dianalisis lebih lanjut dan kemudian diambil kesimpulan.Data yang telah terkumpul tersebut kemudian ditally untuk ditabulasikan sehingga dapat diketahui frekuensi dari setiap jawaban serta memudahkan membaca dan membandingkan antara jawaban yang satu dengan jawaban yang lainnya.4) Menganalisis dataLangkah berikutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan rumus perhitungan prosentase yang dituangkan dalam bentuk sebuah tabel dengan langkah-langkah sebagai berikut:a) Membuat tabel dengan mebuat nomor kolom, alternatif jawaban dan prosentasenya.b) Mencari frekuensi yang diteliti dengan jalan menjumlah tallynya dari setiap alternatif jawaban.c) Mencari frekuensi seluruhnya dengan jalan menjumlahkan frekuensi-frekuensi yang diobservasi dari tiap alternatif jawaban.d) Mencari prosentase dengan rumus sebagai berikut :P = x 100%(Winarno Surachmad, 1992: 74)Keterangan:P = Prosentase jawabanF = Jumlah frekuensiN = Jumlah seluruh jawaban100% = Bilangan tetap2. Penarikan KesimpulanSetelah data ditabulasikan serta dianalisa dengan menggunakan rumus perhitungan prosentase seperti diatas, langkah yang terakhir adalah menarik kesimpulan yaitu dengan cara menafsirkan jawaban yang diberikan responden yang berpedoman kepada prosentase dari tolak ukur yang telah ditetapkan. Untuk mempermudah dalam menafsirkan data dan menarik kesimpulan, ditetapkan kriteria perhitungan prosentase dari jawaban yang diberikan, yaitu:....-100%=Seluruhnya76%-99%=Hampir seluruhnya51%-75%=Sebagian besar…-50%=Separuh26%-49%=Hampir separuh1%-25%=Sebagian Kecil…-0%=Tidak ada sama sekali(Winarno Surachmad, 1992: 74)